TIMES SUMBAWA, MILAN – Italia tak pernah lekang dari cerita romantis. Banyak sekali kisah yang menjadi jantung peradaban sekaligus keindahan untuk sekedar healing.
Dari Milan, jantung Italia Utara, kontributor TIMES Indonesia, Gary Alvaro Geson, berbagi pengalaman mendalamnya menyusuri pesona Lake Como yang abadi. Melalui tulisan ini, ia tidak hanya menyajikan keindahan visual dari salah satu danau paling romantis di Eropa, tetapi juga menangkap nuansa batin—tentang kedamaian, dedikasi, dan semangat hidup yang menyatu dalam tiap detik perjalanannya.
Dari Bellagio hingga Varenna, setiap langkahnya membawa refleksi dan inspirasi yang mengalir tenang seperti air danau. Inilah kisah yang bukan sekadar catatan wisata, melainkan perjalanan hati yang menyentuh dan membangkitkan kembali rasa cinta pada hidup. Berikut catatannya:
DARI hiruk-pikuk Milan yang sibuk, saya melangkah menuju tempat yang terasa seperti keluar dari halaman buku puisi: Lake Como. Dalam waktu hanya satu jam perjalanan dengan kereta, saya tiba di dunia yang seolah memperlambat napas dan detak jantung, membelai batin dengan kelembutan yang menenangkan.
Begitu keluar dari stasiun Como, hembusan udara segar langsung menyapa. Bukan sekadar angin biasa, melainkan aliran energi tenang yang menyusup ke dalam kalbu.
Kota Como menghadirkan wajah klasik yang tak lekang zaman—gedung-gedung tua, jalan berbatu, dan kafe kecil yang penuh gelak tawa, menghadirkan semangat hidup yang sederhana namun tulus.
Melaju Menuju Permata Danau: Bellagio dan Makna Cinta dalam Diam
Perjalanan berlanjut dengan ferry menuju Bellagio, desa kecil yang dijuluki “permata Danau Como.” Saat perahu menyusuri danau, saya merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar liburan.
Di antara percikan air, semilir angin, dan rumah-rumah klasik yang berdiri dengan anggun di lereng bukit, saya menemukan makna kesederhanaan yang menyejukkan.
Bellagio menyambut dengan pesonanya yang intim. Jalan-jalan kecil berundak mengantar saya ke butik dan toko kerajinan yang dipenuhi semangat lokal. Di sebuah trattoria, saya duduk sendiri namun tak merasa sepi.
Risotto con pesce persico yang saya santap bukan hanya suguhan kuliner. Kudapan ini juga manifestasi cinta pada alam. Ikan yang baru ditangkap pagi itu menyimpan cerita dan dedikasi dari para nelayan dan penjaga tradisi.
Varenna: Romansa dalam Keheningan
Hari berikutnya saya menjelajahi Varenna, desa yang lebih sepi namun tak kalah menawan. Di jalur bernama Passeggiata degli Innamorati—secara harfiah berarti “jalan para kekasih”—saya melihat cinta bukan hanya dalam pelukan pasangan, tapi juga dalam keheningan, dalam cara seseorang menatap danau yang berkilau, dalam setiap langkah yang tidak terburu-buru.
Jalan ini mengajarkan bahwa cinta tak selalu harus gaduh. Kadang ia hanya butuh bangku kayu, cahaya sore, dan keberanian untuk hadir sepenuhnya di satu momen.
Villa del Balbianello: Ketika Keindahan Menyentuh Batas Imajinasi
Salah satu puncak perjalanan saya adalah kunjungan ke Villa del Balbianello di Lenno. Tempat ini tidak hanya indah—ia agung. Dikelilingi taman simetris dan pemandangan danau yang luar biasa, villa ini seperti saksi bisu atas berbagai kisah besar: dari adegan film James Bond hingga Star Wars, hingga pernikahan para tokoh dunia.
Namun di balik glamornya, saya melihat sesuatu yang lebih murni: dedikasi. Villa ini dirawat dengan cinta, setiap sudutnya bercerita tentang penghargaan terhadap keindahan dan sejarah.
Di sinilah saya belajar bahwa keindahan bukanlah sesuatu yang dibiarkan terjadi, melainkan sesuatu yang dijaga dengan penuh kepedulian.
Lake Como: Tempat di Mana Waktu Tak Lagi Mengejar
Lake Como mengajarkan bahwa hidup tidak harus dipenuhi kecepatan. Di sini, pagi dijalani dengan kopi yang perlahan, siang diisi dengan langkah santai, dan senja menjadi teman yang tak ingin pergi cepat-cepat.
Tak ada yang terburu-buru, karena semua tahu: kehidupan terbaik adalah yang dijalani dengan kesadaran penuh.
Lebih dari sekadar foto, saya pulang membawa ketenangan. Saya membawa kembali ritme yang lebih manusiawi, empati yang lebih dalam, dan rasa syukur yang tak terbatas atas ciptaan Tuhan yang luar biasa ini.
Semangat, Motivasi, dan Kepedulian yang Terselip dalam Perjalanan
Di balik setiap langkah saya di Lake Como, terselip semangat untuk terhubung—dengan alam, dengan orang lain, dan dengan diri sendiri.
Perjalanan ini bukan tentang destinasi, melainkan transformasi batin. Saya belajar untuk mendengar lebih baik, melihat lebih dalam, dan mencintai lebih tulus.
Kepedulian tampak dalam cara penduduk menjaga kebersihan dan keteraturan, dalam cara mereka menyambut turis dengan senyum ramah, dan dalam makanan yang disajikan dengan sepenuh hati. Semua ini adalah bentuk dedikasi yang menyentuh.
Lake Como bukan sekadar destinasi wisata, melainkan tempat untuk menemukan kembali kedamaian, rasa, dan harapan. Ia bukan tempat untuk berlari, tapi untuk berhenti sejenak, mendengarkan bisikan hati, dan menyadari bahwa kebahagiaan ada dalam keheningan yang jujur. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Menyusuri Romantisme Abadi di Lake Como, Milan: Sebuah Perjalanan Jiwa Penuh Rasa dan Dedikasi
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Khoirul Anwar |