TIMES SUMBAWA, TEGAL – Di tengah arus modernisasi yang makin deras, warga Desa Batuagung, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah yang tetap setia menjaga tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Setiap tahun, tepat di momen Tahun Baru Islam 1 Muharram, warga desa menyelenggarakan Grebeg Tumpeng yang dirangkai dengan acara khaul untuk mengenang Mbah Patra Manggala sosok yang diyakini sebagai leluhur dan pendiri desa.
Kegiatan ini bukan sekadar seremoni tahunan. Bagi masyarakat Batuagung, Grebeg Tumpeng dan Khaul Mbah Patra Manggala merupakan peristiwa sakral yang menggabungkan unsur spiritual, budaya, dan sosial dalam satu rangkaian acara penuh makna.
Ribuan warga berbagai kalangan memadati kompleks makam Mbah Patra Manggala yang konon disebut sebut menjadi pendiri Desa Batuagung Tegal.
Menariknya lagi, di lokasi Komplek Makam Mbah Patra Manggala mereka datang tidak hanya untuk berdoa, tetapi juga untuk menyambung tali silaturahmi yang telah menjadi warisan leluhur.
“Mbah Patra Manggala adalah tokoh yang sangat dihormati. Ia diyakini sebagai orang pertama yang membuka kawasan ini menjadi permukiman,” ujar Kepala Desa Batuagung, Bambang Purnomo.
Bambang selaku Kepala Desa Batuagung menyampaikan Makam sang tokoh kini menjadi salah satu tujuan wisata religi di Tegal, dan setiap peringatan khaul selalu menjadi momen istimewa bagi warga.” jelasnya.
Acara dimulai dengan doa bersama dan pembacaan tahlil di kompleks makam Mbah Patra Manggala. Dan suasana hening dan khidmat menyelimuti para peziarah yang memanjatkan doa untuk sang sesepuh.
Setelah itu, seluruh warga mengikuti kirab tumpeng yang diarak mulai dari balai desa menuju makam. Tumpeng-tumpeng besar disusun dengan berbagai hasil bumi dan menjadi simbol rasa syukur atas berkah dan rezeki yang diterima masyarakat selama ini.
Puncak acara ditandai dengan pengajian akbar yang menghadirkan ulama setempat. Di tengah lantunan ayat-ayat suci dan tausiyah keagamaan, semangat kebersamaan dan keimanan masyarakat terasa kian kuat.
“Tradisi ini bukan hanya mempererat hubungan antarwarga, tapi juga sekaligus memperkuat identitas kami sebagai masyarakat yang menjunjung nilai agama dan budaya,” kata Bambang
Antusiasme warga terlihat dari semaraknya partisipasi setiap dusun. Masing-masing berupaya menampilkan tumpeng terbaik, lengkap dengan hiasan khas dan hasil bumi yang mencerminkan potensi lokal.
Bahkan Anak-anak hingga orang tua larut dalam kemeriahan yang dibalut dengan kesederhanaan di area makam Mbah Patra Manggala.
Di tengah era digital, Jumat 27 Juni 2025 Desa Batuagung membuktikan bahwa menjaga tradisi bukan berarti menolak kemajuan.
Sebaliknya, kearifan lokal seperti Grebeg Tumpeng dan Khaul Mbah Patra Manggala menjadi pengingat bahwa kemajuan harus tetap berpijak pada akar budaya dan nilai spiritual yang kuat.
Dengan semangat 1 Muharram, masyarakat Desa Batuagung tidak hanya memperingati pergantian tahun Hijriah, tetapi sekaligus memperbarui tekad menjaga harmoni, rasa syukur dan persatuan di tengah keberagaman dan sebuah warisan yang terus hidup dari masa ke masa.
"Kami berterima kasih kepada masyarakat Desa Batuagung yang hingga kini tetap menjaga tradisi warisan leluhur ditengah gempuran era digitalisasi" pungkas Kades Batuagung Bambang Purnomo kepada awak media.
Mbah Patra Manggala adalah sesepuh Desa Batuagung Kecamatan Balapulang Tegal dan di area makamnya hingga saat ini menjadi salah satu lokasi wisata Religi di bagi Kabupaten Tegal. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Grebeg Tumpeng dan Khaul Mbah Patra Manggala, Warisan Luhur dari Desa Batuagung Tegal
Pewarta | : Cahyo Nugroho |
Editor | : Ronny Wicaksono |