TIMES SUMBAWA, TEGAL – Program Desa Cinta Statistik (Desa Cantik) di Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, Jawa Tengah adalah contoh nyata bahwa transformasi tidak harus dimulai dari kota besar.
Ketika desa memiliki akses, edukasi dan keberanian untuk berubah, maka pembangunan berbasis data bukan lagi wacana, tapi realita dari desa, untuk Indonesia.
Di era ketika kebijakan yang baik tak lagi cukup hanya berdasarkan niat, tetapi menuntut akurasi dan bukti kuat, Kecamatan Balapulang mengambil langkah berani: menjadikan data sebagai poros pembangunan desa.
Melalui Program Desa Cantik yang digagas oleh Badan Pusat Statistik (BPS), wilayah ini menjadi salah satu pelopor transformasi tata kelola berbasis data di tingkat desa.
“Kami ingin desa tidak hanya menunggu, tapi mampu merancang masa depannya sendiri dengan bekal data yang valid dan akurat,” ujar Muhammad Sihabuddin, Pelaksana Tugas Camat Balapulang.
Program Desa Cantik adalah bagian dari upaya besar mendukung Satu Data Indonesia kebijakan pemerintah pusat untuk menyelaraskan dan mengintegrasikan data dari level desa hingga pusat, demi menciptakan kebijakan yang efisien, tepat sasaran, dan inklusif.
Namun yang membedakan Balapulang bukan hanya kesediaannya mengikuti program, tapi keseriusan dalam mengadopsinya. Dari total 20 desa yang ada, 15 desa sudah menjalankan program secara aktif, dan 5 desa lainnya dalam tahap pembinaan intensif.
Fokus Des Cantik
Program Desa Cantik di Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal difokuskan pada empat hal utama, pertama yaitu meningkatkan literasi statistik di kalangan perangkat desa dan warga.
Kedua, mendorong desa sebagai pelaku aktif, bukan sekadar objek pendataan. Ketiga mewujudkan sistem data yang terstandar, rapi, dan bisa digunakan lintas sektor.
Dan keempat, mengoptimalkan data untuk menyusun perencanaan pembangunan berbasis kebutuhan riil.
“Desa kini mulai melihat data bukan hanya sekadar sebagai beban administratif, tapi sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan,” tambah Sihabuddin saat dikonfirmasi di ruang kerja.
Salah satu langkah terobosan adalah pembentukan Agen Statistik Desa, yaitu warga terlatih yang bertanggung jawab mengelola dan memvalidasi data di tingkat desa. Mereka menjadi penghubung antara masyarakat, pemerintah desa, dan BPS.
" Jadi dengan adanya agen agen di desa ini, pengumpulan dan pemanfaatan data menjadi lebih cepat, terarah dan juga dapat terintegrasi." terang Sihabuddin.
Tantangan di Lapangan
Salah satu tantangan lokal yang kini mulai ditangani berbasis data adalah pengelolaan sampah.
Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal masih menghadapi keterbatasan dalam penanganan sampah rumah tangga dan termasuk ketergantungan pada TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Penujah.
“Kami berharap, lewat data program Desa Cantik ini, nanti kita bisa mendesain sistem pengelolaan sampah lokal yang lebih efisien, dari sumbernya langsung,” jelas Sihabuddin.
Dengan data volume sampah, jenis limbah, dan titik rawan pembuangan liar, solusi yang diambil bisa lebih konkret dan sesuai dengan kondisi nyata lapangan.
Menuju Desa Cerdas
Transformasi digital bukan hanya milik kota. Lewat Desa Cantik, Balapulang mulai menanam benih desa cerdas (smart village) desa mampu membaca, menganalisis, dan merespons tantangan dengan berbasis informasi.
Program Desa Cantik ini juga memperkuat posisi desa sebagai subjek pembangunan, bukan lagi sebagai pelengkap kebijakan pusat.
“Desa yang punya data, punya arah. Dan desa yang punya arah, punya masa depan sehingga Desa di Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal akan menjadi desa modern dan menjadi barometer bagi desa lainnya untuk berbenah ,” tutup Sihabuddin. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kecamatan Balapulang Tegal Jadi Pelopor Desa Cinta Statistik, Inovasi Data dari Akar Rumput
Pewarta | : Cahyo Nugroho |
Editor | : Ronny Wicaksono |