TIMES SUMBAWA, JAKARTA – Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Republik Indonesia Arrmanatha Nasir menyerukan pentingnya reformasi Gerakan Non-Blok (GNB) agar organisasi tersebut tetap relevan di tengah dinamika global yang terus berubah.
Menurut Arrmanatha, atau yang akrab disapa Tata, GNB harus berani melakukan pembenahan mendasar terhadap cara kerja dan arah gerakan agar bisa memberikan manfaat nyata bagi masyarakat negara anggotanya.
“GNB harus segera mereformasi dirinya. Kita perlu mengurangi redundansi, fokus pada kesamaan, menyederhanakan proses, dan mengadopsi metode kerja yang lebih efisien dengan hasil yang konkret,” ujar Tata, dalam Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) ke-19 Biro Koordinasi GNB di Kampala, Uganda, Rabu (15/10/2025) waktu setempat.
Tiga Agenda Prioritas Reformasi GNB
Dalam pertemuan tersebut, Tata menegaskan tiga agenda prioritas yang perlu segera dijalankan oleh Gerakan Non-Blok.
Pertama, reformasi internal organisasi untuk memperkuat tata kelola dan arah gerakan. Ia menilai, GNB selama ini cenderung stagnan dan belum mampu melahirkan keluaran konkret yang dirasakan langsung oleh negara-negara anggota.
“Reformasi bukanlah pilihan; reformasi adalah kewajiban demi ketahanan GNB,” tegasnya.
Tata juga menyayangkan semakin menurunnya komitmen sebagian anggota terhadap tujuan utama GNB, termasuk dukungan terhadap perjuangan Palestina yang disebutnya sebagai “detak jantung” gerakan.
Dorong Reformasi PBB dan Multilateralisme yang Adil
Kedua, Indonesia mendorong agar GNB mengambil posisi terdepan dalam reformasi sistem multilateral dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Menurut Tata, relevansi GNB sangat bergantung pada kekuatan sistem internasional yang adil dan berlandaskan Piagam PBB serta hukum internasional.
“Hanya dengan cara inilah GNB dapat berperan dalam membina rasa percaya terhadap sistem multilateral,” katanya.
Perkuat Kerja Sama Selatan-Selatan
Ketiga, Tata menegaskan pentingnya memperkuat kerja sama Selatan-Selatan dan semangat solidaritas antarnegara berkembang. Ia mengajak anggota GNB untuk lebih aktif memanfaatkan NAM Center for South-South Technical Cooperation yang berlokasi di Jakarta sebagai pusat pengembangan kapasitas dan kerja sama pembangunan.
“Pesan Indonesia sederhana: Reformasi GNB. Hidupkan lagi multilateralisme. Nyalakan kembali solidaritas Selatan-Selatan,” tutur Tata.
Dokumen Final dan Komitmen Kolektif
Pertemuan di Kampala yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Uganda, Odongo Jeje Abubakhar, selaku Ketua GNB periode 2024–2027, menghasilkan Dokumen Final berisi prioritas strategis organisasi.
Dokumen tersebut mencakup isu perdamaian dan keamanan global, pembangunan berkelanjutan, perubahan iklim, serta pengentasan kemiskinan — refleksi atas tantangan yang dihadapi negara-negara anggota GNB saat ini.
Dengan pesan yang kuat dari Indonesia, pertemuan GNB kali ini menandai momentum penting bagi kebangkitan kembali peran gerakan yang telah berdiri sejak masa Perang Dingin itu untuk menjawab tantangan dunia modern. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Wamenlu RI Serukan Reformasi Gerakan Non-Blok agar Tetap Relevan di Era Modern
Pewarta | : Rochmat Shobirin |
Editor | : Imadudin Muhammad |