TIMES SUMBAWA, SUMBA TIMUR – Menyongsong 80 tahun Indonesia merdeka masih ada potret buram pendidikan di pelosok tanah air. Salah satunya adalah Madrasah Aliyah Swasta (MAS) yang tepatnya di Pulau Salura ujung selatan Kabupaten Sumba Timur.
Kepala Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Safinatunnajah, Sri Hartati Saleh, S.Pd, saat dikonfimasi, Senin (4/8/2025) mengatakan, bahwa kondisi pendidikan MAS di Pulau Salura masih sangat terbatas seperti ruangan guru belum ada sehingga guru-guru masih duduk di bawah pohon.
“Madrasah kami ini ruangan guru-guru belum ada kita pun masih duduk-duduk di bawah pohon, apalagi kalau hujan kami kalang kabut cari tempat berteduh dan kadang sampai menumpang di rumah milik warga yang dekat dengan Madrasah,”ungkapnya.
Selain itu, jelas Safinatunnajah, untuk kebutuhan dasar pendidikan seperti meja dan kursi masih sangat kurang sehingga pihak Madrasah masih harus meminjam kursi dan meja yang kekurangan itu dari Posyandu setempat agar proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik.
Pembangunan MAS yang masih belum darurat.(FOTO:Habibudin/TIMES Indonesia)
“Jadi kekurangan meja dan kursi itu kita masih pinjam dari Posyandu supaya anak-anak itu tetap belajar dengan semangat. Tetapi kami sedih tidak dapat memberikan fasilitas yang layak bagi anak-anak kami ketika belajar,”tuturnya.
Lebih menyedihkan lagi, tambah dia, para guru saat mengajar tanpa buku cetak. Proses belajar juga masih sangat mengandalkan file PDF di ponsel pribadi yang tentunya sangat terbatas dalam pemanfaatannya.
“Jangankan proyektor atau media pembelajaran digital, buku pegangan saja kami tidak punya, guru-guru hanya bermodal Handphone dan file PDF, itupun sering kesulitan karena jaringan internet di Pulau Salura tidak stabil,”ujar Safinatunnajah.
Pulau Salura pulau terluar dengan pemandangan laut yang indah.
Ia mengakui bahwa dengan segala keterbatasan itu namun harapan mereka tetap semangat. Sebagaimana harapan guru dan masyarakat di usia ke-80 Indonesia merdeka diharapkan adanya perhatian nyata terhadap pendidikan di pulau-pulau terluar seperti di Pulau Salura antara lain adalah sebuah ruang yang layak setidaknya sebelum musim hujan kembali datang.
“Musin hujan tahun lalu kami sangat mengiris hati. Oleh sebab itu di tahun ini sebelum hujan datang sudah ada ruangan guru agar bisa mengajar dan mengabdi dengan tenang,”harap perempuan lulusan Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Nahdhatul Watan Diniyah Islamiyah (NWDi Pancor Lombok ini.
Selain itu, Safinatunnajah menjelaskan, Pulau Salura disebut juga salah satu pulau terluar ujung selatan Wilayah Negara Republik Indonesia yang berbatasan langsung dengan Australia. Pulau ini hanya terdiri dari satu pulau yakni namanya Desa Praisalura yang masuk Kecamatan Karera, Kabupaten Sumba Timur.
“Pulau ini dihuni sekitar 290 KK atau sekitar 800 jiwa dan 99% di antaranya memeluk agama Islam. Pulau Salura terkenal dengan keindahan alamnya yang sangat cantik. Air lautnya bersih jernih karena tidak ada muara sungai yang mencemari laut di Pulau Salura,”terang Safinatunnajah. (*)
Pewarta | : Moh Habibudin |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |