TIMES SUMBAWA, SUMBA TIMUR – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumba Timur bersama aliansi dari berbagai organisasi masyarakat sipil (CSO) melakukan strategi menghadapi isu perubahan iklim di Kabupaten Sumba Timur.
Menindaklanjuti isu perubahan iklim di NTT, Pemkab Sumba Timur dan Voice for Just Climate Action Indonesia (VCA Indonesia) berbagai CSO di NTT telah menggelar dialog untuk membangun berbagai kebijakan dan aksi nyata agar masyarakat dapat beradaptasi dengan berbagai dampak perubahan iklim yang bertemakan “Mendorong Kebijakan Adaptasi Perubahan Iklim yang Berkeadilan di Provinsi NTT”.
Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda Sumba Timur Dr. Adi Papa Pandarangga, Selasa (3/6/2025), mengatakan perubahan iklim dapat menjadi tantangan ekonomi dalam jangka menengah panjang sehingga menjadi perhatian pemerintah dan aliansi dari berbagai CSO.
Menurutnya, Bappeda telah mengintegrasikan isu perubahan iklim kedalam beberapa dokumen seperti RPJMD, RPKD, dan RPJPD. Selain pemerintah, tentu kegiatan yang berkaitan dengan aksi iklim adaptasi dan mitigasi banyak dilakukan oleh LSM, masyarakat, dan komunitas lingkungan.
“Jadi banyak teman-teman dari NGO yang naik namun mulai tahun lalu pemerintah harus menjadi leading sektor sehingga kami mendorong bagaimana menginisiasi masyarakat hukum adat bisa mengelola sumber daya dengan NGO agar mereka dapat berjalan,”katanya.
Selain itu, di RPJMN kami cukup konsen terhadap isu-isu gas rumah kaca, ekonomi hijau, ekonomi biru sehingga sudah menjadi rumah besar gayung bersambut bahkan itu diwajibkan di mandatori untuk RPJMD provinsi dan kabupaten memasukkan indikator itu.
“Kami terus berproses untuk bagaimana men-streaming perubahan iklim ini di dalam RPJMD sehingga untuk mencapai hal tersebut pemerintah menyiapkan langkah-langkah strategis di beberapa sektor seperti energy, pertanian, dan pengolahan limbah,” ujar Adi Papa.
Koordinator Kabupaten Program VCA Yayasan Koppesda Triawan Umbu Uli Mehakati menjelaskan, tantangan yang ditemui terkait upaya aksi iklim adalah dalam pelaksanaan kegiatan aksi iklim masih bersifat sektoral atau masih dilakukan sendiri-sendiri bahkan hanya berbasis program.
“Yang artinya ada kemungkinan kegiatan yang sama dilakukan berulang-ulang atau saat program selesai, kegiatan terkait adaptasi dan mitigasi perubahan iklim juga selesai,” jelas Triawan.
Normalnya dalam penyusunan aksi iklim harus dimulai dengan pelaksanaan kajian tentang dampak perubahan iklim maka dari hasil kajian kita akan memperoleh data dan informasi terkait bahaya iklim apa saja yang menimpa kita, dampaknya, risiko serta kemampuan adaptif yang kita miliki.
“Karena itu kita perlu kajian partisipatif sehingga dalam penyusunan strategi aksi iklim bisa tepat sasaran,”paparnya.
Triawan berharap, di Sumba Timur ada forum seperti Pokja perubahan iklim sehingga wadah diskusi dapat menjadi tempat berbagi data dan informasi tentang perubahan iklim yakni, pemangku kepentingan, pemerintah daerah, swasta, akademisi, media, LSM, dan masyarakat.
“Wadah ini juga bisa melahirkan ide dan gagasan bagi pembangunan yang sensitif isu iklim,” sebut Triawan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sumba Timur Marolop Simanjuntak menyampaikan, perubahan iklim sangat berisiko menjadi ancaman serius bagi masa depan peradaban manusia.
Dampak dari perubahan iklim itu berdampak pada naiknya temperatur bumi yang mempengaruhi berbagai aspek alam dan kehidupan manusia seperti kualitas dan kuantitas air, habitat hutan, kesehatan, lahan pertanian hingga ekosistem wilayah pesisir.
“Tentu di Sumba Timur dari perubahan iklim ini dapat mengakibatkan kekeringan, kelangkaan air di beberapa wilayah dan kebakaran hutan di mana-mana,”ungkapnya.
Menghadapi hal ini, terang Marolop, Pemkab melalui DLH Sumba Timur terus berupaya melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi.
Oleh sebab itu untuk mengantisipasi perubahan iklim di Sumba Timur perlu adanya kolaborasi antara masyarakat, aktivis dan pemerintah agar perubahan nyata dapat terwujud.
“Kita harus bergerak bersama karena masa depan lingkungan ada di tangan kita semua dengan melakukan strategi kampanye perubahan iklim serta mendorong kesadaran dan partisipasi masayarakat,”tutup Marolop. (*)
Pewarta | : Moh Habibudin |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |